Jumat, 24 Juni 2011

Krisis Italia, Tekan Wall Street Memerah

New York - Kekhawatiran terhadap krisis utang Italia yang tertular krisis Uni Eropa telah memaksa bursa saham Wall Street pada perdagangan Jumat (24/6) berada di zona negatif.
Indeks Dow Jones turun 0,3% ke 12.005, indeks Nasdaq turun 0,4% ke 2.65 dan indeks S&P turun 0,2% ke 1.280. Indeks Dow yang melemah dipimpin saham Pfizer. Indeks S&P tertekan sektor teknisi adn perawatan kesehatan. Sementara sektor utilitas menguat sehingga menahan pelemahan indeks.

Dari sisi ekonomi, data pemesanan barang tahan lama untuk bulan mei naik 1,9%. Kenaikan diini ditopang pemesahan peralatan untuk transportasi. Sedangkan Departemen Perdagangan AS merevisi pertumbuhan ekonomi kuaral I menjadi 1,8% dari target semula 1,9%. Revisi ini sejaln dengan pertumbuhan ekonomi kuartal IV tahun lalu sebesar 3,1%.

Harga minyak mentah dunia di AS untuk jenis light sweet flat mendekati US$91 per barel. Sedangkan jenis Brent diperdagangkan di bawah US$107 per barel. Minyak dunia jatuh setelah rilis stok minyak mentah pemerintah AS naik 60 juta barel untuk 30 hari ke depan.

Saham Asia menguat, dan indeks kawasan menyudahi koreksi tujuh pekan berturut-turut, di tengah spekulasi China tidak akan mengambil langkah untuk mendinginkan ekonomi, dan meredanya kekhawatiran krisis utang Eropa akan merugikan bank. Indeks Nikkei 225 Stock Average naik 0,9%.

Indeks Hang Seng di Hong Kong menguat 1,9%. Indeks komposit Shanghai juga naik 2,2%, tertinggi dalam empat bulan, setelah PM China Wen Jiabao mengatakan, upaya untuk membendung inflasi telah bekerja, mengurangi kekhawatiran bahwa pemerintah akan menaikkan suku bunga.

www.inilah.com

Rencana penghematan anggaran Yunani dapat dukungan Uni Eropa dan IMF

ATHENA. Akhirnya, kabar baik datang juga dari Yunani. Kebijakan yang diajukan pemerintah Yunani berupa penghematan anggaran mendapat dukungan dari Uni Eropa dan Badan Moneter Internasional.

Hal tersebut diungkapkan oleh seorang sumber yang namanya tak mau disebut. Sang sumber juga bilang, dengan adanya dukungan ini, peluang Yunani untuk mendapatkan bailout tambahan akan terbuka lebar.

Namun, perjalanan Yunani masih cukup panjang. Sebab, penghematan anggaran itu harus mendapat persetujuan parlemen melalui voting yang sedianya bakal dilakukan minggu depan. Jika hal itu tidak disetujui, maka Yunani berkemungkinan mengalami default.

Asal tahu saja, Perdana Menteri Yunani George Papandreou akan mendiskusikan kebijakan tersebut pada pertemuan pimpinan Eropa di Brussel yang berlangsung pada hari ini dan besok di Athena. Ada tiga pihak yang akan terlibat dalam pembicaraan tersebut, yakni Uni Eropa, IMF, dan Bank Sentral Eropa.

Salah satu kebijakan baru tersebut adalah "retribusi solidaritas" yang besarnya antara 1% hingga 5%. Retribusi ini akan dikenakan kepada semua pekerja warga Yunani, di mana anggota parlemen akan dikenakan retribusi tertinggi.


www.kontan.co.id

Rabu, 22 Juni 2011

Euro melemah 0,3%

SINGAPURA: Euro melemah terhadap dolar AS dipicu kekhawatiran Perdana Menteri Inggris George Papandreou akan gagal melalui langkah-langkah penghematan meskipun setelah memenangkan voting kepercayaan dari parlemen.

Mata uang bersama negara-negara kawasan Eropa tersebut melemah 0,3% menjadi US$1,4372 pada pukul 09:38 di Tokyo setelah sebelumnya sempat terapresiasi ke US$1,4434.

Sementara itu, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,6%, melanjutkan reli harga 1,4% kemarin. Adapun kontrak perdagangan berjangka S&P 500 yang berakhir pada September bertambah kurang dari 0,1%, mengikuti kenaikan sebesar 1,3% pada saham AS kemarin. Minyak turun 0,4% di bursa New York.

Sementara Papandreou memenangkan voting kepercayaan sebanyak 155 dari total 300 pembuat hukum, dia memerlukan persetujuan parlemen pada pekan depan untuk paket pemotongan anggaran senilai 78 miliar euro (US$112 miliar) guna mencegah default.

Sejumlah menteri keuangan negara Eropa pada pekan ini mengatakan akan memegang janji pembayaran senilai 12 miliar euro pada Juli sampai dengan rencana pemangkasan defisit, penjualan aset negara, dan pemberlakuan retribusi atas upah berlalu.

Daniel Genter, presiden RNC Genter Capital Management yang berbasis di Los Angeles mengatakan tidak ada cukup kepercayaan pada saat ini bahwa Yunani dapat melalui permasalahan tersebut.

“Voting tersebut memberikan Papandreou waktu sepekan. Tapi mereka harus melalui sebuah paket penghematan dalam 30 hari ke depan," ujarnya hari ini.

Euro melemah terhadap 14 dari 16 mata uang counterpart yang paling aktif diperdagangkan. Mata uang tersebut juga melemah 0,2% menjadi 115,37 yen.(ano/faa)


www.kontan.co.id

Selasa, 21 Juni 2011

Penjualan rumah turun, Dollar AS tertekan

JAKARTA: Dolar AS melemah sebelum rilis laporan yang diproyeksikan akan menunjukan penjualan rumah pada Mei turun ke level terendah pada tahun ini. Hal itu menjaga tekanan terhadap the Federal Reserve untuk memelihara kebijakan akomodatif. Mata uang AS melemah terhadap euro sebelum the Fed memulai pertemuan 2 hari di tengah sinyal hilangnya momentum bagi negara perekonomian terbesar dunia itu.

Euro menguat karena pimpinan Eropa meyakinkan investor bahwa kekhawatiran gagal bayar utang Yunani dapat dihindari. Dolar Australia tersentak oleh penurunan kemarin sebelum the Reserve Bank merilis pertemuan bulan ini.

Grant Turley, ahli strategi senior mata uang pada Australia & New Zealand Banking Group Ltd. di Sidney, menilai pemulihan ekonomi AS agak rapuh. Selain itu, lanjutnya, sektor perumahan masih menjadi isu.

“The Fed tidak terlihat akan berada dalam posisi untuk menaikkan suku bunga acuan hingga setidaknya 2012. Hal itu akan membuat dolar AS di bawah tekanan,” ujarnya hari ini.

Dolar melemah menjadi US$1,4346 per euro pada pukul 08:19 di Tokyo dari posisi sebelumnya di level US$1,4304 di New York kemarin. Mata uang tersebut diperdagangkan tidak berubah pada level 80.25 yen. Adapun euro bergerak dari 115,12 yen dari 114,80 yen kemarin.

Sejumlah ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pembelian rumah eksisting turun 5% secara tahunan (yoy) menjadi 4,8 juta pada Mei, yang merupakan angka terlemah sejak November. (ano/ln)

www.bisnisindonesia.com

Dollar AS kan seksi karena imbas Yunani

JAKARTA. Penyelesaian krisis utang Yunani menyodok valuta Uni Eropa, euro. Pairing EUR/USD, Senin (20/6) sore WIB, di pasar spot, jatuh ke posisi 1,4214 atau anjlok 4,15% dari posisi tertingginya pada 2 Mei lalu.
Di saat pasar keuangan global berada di situasi rentan, pamor dollar Amerika Serikat (AS) lazimnya melambung. Situasi itu juga muncul saat pelaku pasar meragukan penyelesaian krisis Yunani. Indeks Dollar AS, yang mengukur bobot the greenback terhadap enam valuta utama dunia, menguat 0,38% ke posisi 75,279. Ini indeks dollar AS tertinggi dalam dua pekan terakhir.
Sejatinya ini ironis, mengingat fundamental AS saat ini masih rapuh dan laju ekonominya melambat. Namun, keberadaan dollar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia hingga kini membuat statusnya sebagai valuta safe haven belum pudar. "Volume transaksi menggunakan dollar AS di pasar uang dunia melebihi US$ 1 triliun," ujar Apressyanti Senthaury, analis riset Bank BNI, Senin (20/6).
Analis memprediksi dollar AS masih menyimpan potensi rebound setidaknya sampai akhir tahun nanti. "Ada sinyalemen The Fed tidak akan mengucurkan dana stimulus lanjutan dalam waktu dekat," ujar Putu Andiwijaya, dealer valas Bank Rakyat Indonesia (BRI). Ia memprediksi indeks dollar AS bisa melompat ke level 81-an, akhir tahun ini.
Pamor valuta lain
Di luar dollar AS, analis Harumdana Berjangka, Nanang Wahyudin, menilai franc Swiss dan poundsterling berprospek menarik karena daya tahannya cukup kuat di tengah kacaunya situasi Eropa. Selain itu, "Ada prediksi kenaikan bunga di dua negara tersebut," ujarnya.
Dollar Australia juga layak menjadi pilihan saat ini. Obligasi bank-bank besar Australia tengah menjadi buruan investor yang mengalihkan dananya dari obligasi-obligasi Eropa. Eksposur perbankan Australia yang minim ke Yunani dan Eropa pinggiran lain menjadi nilai plus aset Negeri Kanguru ini.
Jeremia B. Sianturi, Manajer Bisnis Trijaya Pratama Futures, menilai, hal ini mencerahkan prospek aussie ke depan. "Dibandingkan negara maju lain yang bermasalah, Australia termasuk negara yang asetnya terbilang stabil dan menguntungkan," kata dia.
I Made Adi Saputra, analis obligasi NC Securities, menambahkan, tingkat bunga Australia 4,75% saat ini terbilang tinggi untuk ukuran negara maju. Jadi, aset dari negeri jiran tersebut memang menarik untuk dikoleksi, termasuk valutanya.

Platforms FasaPay Online Payment System
IndonesianEnglishGermanPortugueseRussianArabicFrench