SINGAPURA: Optimisme ketangguhan perekonomian China yang dapat membantu eksportir regional di tengah krisis utang Eropa dan perlambatan ekonomi AS telah mendorong penguatan sejumlah mata uang Asia.
Hari ini China melaporkan produksi industri tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi ekonom. Di samping itu, percepatan inflasi tumbuh pada laju tercepat dalam hampir 3 tahun.
Negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu menjadi destinasi tujuan ekspor utama bagi Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand.
Mengacu data Bloomberg, ringgit menguat 0,5% menjadi 3,0305 per dolar AS pada perdagangan siang ini di Kuala Lumpur. Sementara itu dolar Singapura terapresiasi 0,4% menjadi S$1,2331 per dolar AS, won Korea Selatan menguat 0,4% menjadi 1.082 per dolar AS, dan dolar Taiwan menguat 0,4% menjadi NT$28,787 per dolar AS.
Adapun rupiah Indonesia menguat 0,1% menjadi Rp8.538 per dolar AS, baht Thailan terapresiasi 0,1% menjadi 30,46 per dolar AS, dan peso Filiphina sedikit berubah pada level 43,333 per dolar AS.
Jonathan Cavenagh, ahli strategi valuta asing pada Westpac Banking Corp yang berbasis di Singapura, mengatakan permintaan China atau dorongan pertumbuhan internal masih tetap kuat. “Itu membawa resiko positif terhadap mata uang,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Statistik Nasional, produksi industri China naik 13,3% pada Mei, lebih tinggi dibandingkan rata-rata proyeksi ekonom sebesar 13,1%. Adapun pertumbuhan produksi industri pada April lalu naik 13,4%.
Sementara itu, percepatan inflasi naik menjadi 5,5% pada Mei yang merupakan laju tertinggi sejak Juli 2008. Adapun inflasi pada April mencapai 5,3%.
Yuan menguat pada spekulasi otoritas akan menoleransi kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengurangi biaya impor. Reminbi menguat 0,1% menjadi 6,4767 per dolar AS. Sejauh ini, bank sentral China telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali sejak September 2010. (ano/faa).
www.bisnis.com
Hari ini China melaporkan produksi industri tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi ekonom. Di samping itu, percepatan inflasi tumbuh pada laju tercepat dalam hampir 3 tahun.
Negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu menjadi destinasi tujuan ekspor utama bagi Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand.
Mengacu data Bloomberg, ringgit menguat 0,5% menjadi 3,0305 per dolar AS pada perdagangan siang ini di Kuala Lumpur. Sementara itu dolar Singapura terapresiasi 0,4% menjadi S$1,2331 per dolar AS, won Korea Selatan menguat 0,4% menjadi 1.082 per dolar AS, dan dolar Taiwan menguat 0,4% menjadi NT$28,787 per dolar AS.
Adapun rupiah Indonesia menguat 0,1% menjadi Rp8.538 per dolar AS, baht Thailan terapresiasi 0,1% menjadi 30,46 per dolar AS, dan peso Filiphina sedikit berubah pada level 43,333 per dolar AS.
Jonathan Cavenagh, ahli strategi valuta asing pada Westpac Banking Corp yang berbasis di Singapura, mengatakan permintaan China atau dorongan pertumbuhan internal masih tetap kuat. “Itu membawa resiko positif terhadap mata uang,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Statistik Nasional, produksi industri China naik 13,3% pada Mei, lebih tinggi dibandingkan rata-rata proyeksi ekonom sebesar 13,1%. Adapun pertumbuhan produksi industri pada April lalu naik 13,4%.
Sementara itu, percepatan inflasi naik menjadi 5,5% pada Mei yang merupakan laju tertinggi sejak Juli 2008. Adapun inflasi pada April mencapai 5,3%.
Yuan menguat pada spekulasi otoritas akan menoleransi kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengurangi biaya impor. Reminbi menguat 0,1% menjadi 6,4767 per dolar AS. Sejauh ini, bank sentral China telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali sejak September 2010. (ano/faa).
www.bisnis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar