Senin, 09 Mei 2011

Analis: Minyak Akan Jatuh ke US$90 per Barel

INILAH.COM, Sydney - Minyak berjangka telah pulih dari penurunan di awal perdangan elektronik Senin (9/5) pagi. Namun analis mengatakan harga minyak dapat turun ke US$ 90 per barel pada akhir bulan ini di tengah kekhawatiran pertumbuhan global dan beralihnya posisi spekulatif.
Acuan untuk minyak light sweet untuk pengiriman Juni naik US $ 1,28, atau 1,3% menjadi US$ 98,44 per barel di New York Mercantile Exchange selama perdagangan Asia. Kenaikan ini menyusul kerugian tajam di pasar komoditas pekan lalu, dengan minyak jatuh hampir 15%, menutup pekan pada US$ 97,18.
Meskipun data pekerjaan AS yang lebih kuat dari estimasi membantu menenangkan kekhawatiran tentang kekuatan pemulihan global, beberapa analis mengantisipasi penurunan lebih lanjut dalam harga minyak mentah.
Analis MF Global mengatakan, dengan pengecualian keprihatinan geopolitik dan fundamental minyak yang tidak selalu yang bullish, prakiraan minyak berjangka bisa turun sampai US$ 90 per barel bulan ini.
Para analis mengatakan produksi di luar Arab Saudi telah jatuh akibat perang sipil Libya, sementara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan membahas kenaikan kuota pada pertemuan mereka Juni mendatang.
Kerusakan permintaan, dimana naiknya harga komoditas melemahkan pertumbuhan ekonomi, dan memicu melemahnya permintaan bagi komoditas, adalah faktor lain yang menekan harga energi.
"Kami melihat bukti rusaknya permintaan, yang berasal dari harga bensin AS yang lebih tinggi, ditambah fakta bahwa ekonomi Jepang tetap tertatih-tatih dan belum merebut kembali pangsa pasar dalam porsi energi," tulis para analis dalam sebuah catatan.
"Ada sejumlah catatan panjang terkait dana spekulatif non-komersial pada minyak, dan kami menduga bahwa posisi lama akan beralih selama bulan ini," kata para analis.
Analis pada Capital Economics juga meramalkan minyak mentah akan tenggelam sampai US$ 90 per barel, namun lebih dari satu rentang waktu yang lebih lama, yakni akhir tahun, dengan harga ditekan oleh perusakan permintaan dari AS dan pengetatan moneter di pasar negara berkembang .
"Kami berharap minyak jatuh lebih lanjut, karena ekonomi global melambat, dolar terus rebound, dan premi risiko karena kerusuhan di Timur Tengah akhirnya memudar, membawa harga minyak kembali ke bawah US$ 90 per barel pada akhir tahun," tulis para analis. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Platforms FasaPay Online Payment System
IndonesianEnglishGermanPortugueseRussianArabicFrench